Quantcast
Channel: FPTK UPI
Viewing all articles
Browse latest Browse all 400

Gheafani Fikria Zaki (1102409), Lulusan Terbaik Peringkat Pertama Jenjang Sarjana FPTK UPI Wisuda Gelombang III Desember 2015

$
0
0

Gheafani Fikria Zaki (25 tahun), biasa dipanggil Gea, anak ke-3 dari pasangan suami istri Dede Halim dan Risytati, merupakan seorang mahasiswi UPI yang lahir dan tumbuh di tengah-tengah lingkungan keluarga sederhana, yang tidak berhenti memberikan dorongan motivasi, curahan kasih sayang dan bekal pendidikan agama. Orangtua tentulah menginginkan anaknya menjadi anak yang berhasil tidak hanya di dunia, akan tetapi justru untuk di kehidupan yang kekal yaitu akhirat. Sehingga, salah satu upaya menjadikan anaknya berhasil dunia dan akhirat adalah dengan menyekolahkan saya di lembaga pendidikan pesantren.

Ghea 4

“Sekolah pesantren merupakan pilihan orangtua dan saya sendiri. Pilihan tersebut mudah-mudahan dapat menjadikan ladang pahala bagi kami, terutama ilmu yang didapatkan agar dapat diamalkan dalam kehidupan saya sehari-hari. Walaupun demikian, prestasi menjadi sebuah hadiah yang tidak dipungkiri sebagai kebanggaan saya pribadi dan keluarga. Selama tiga tahun berturut-turut di tingkat MA saya mendapatkan juara pertama, dan mendapatkan reward dengan bebas biaya SPP selama tiga semester dalam tiga tahun”kata ghea.

Ghea 5

Ghea mengatakan bermodalkan pendidikan di lembaga pesantren, mencoba mewujudkan impian melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Lewat perjuangan yang tak kenal menyerah, meskipun sempat mengalami kegagalan SNMPTN pada tahun 2009, tidak menyurutkan semangat saya untuk mencoba kembali menggapai mimpi melanjutkan studi di perguruan tinggi. Akhirnya, dengan usaha, doa orangtua dan dengan seizin Allah SWT Ghea ditakdirkan untuk menjadi salah satu mahasiswi UPI Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) pada tahun 2011.

Ghea 1

Sebelum melanjutkan pendidikan di UPI, ketika sempat gagal dalam SNMPTN, pada tahun 2009, Ghea mengajar di TPA Al-Manaar Margaasih selama satu tahun. Pada tahun 2010 mencoba untuk mencari pengalaman di luar kota Bandung yaitu di kota Bogor. Di kota hujan tersebut dirinya mengajar di PAUD ‘Padu Ceria’ Bogor.

Ghea 2

“Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menjadi mentor Pendidikan Agama Islam di LP3i Bogor”tambah Ghea.

Ghea menambahka bahwa menuntaskan pendidikan di departemen PKK dengan tepat waktu bagi saya adalah sebuah perjuangan dan pencapaian yang luar biasa. Kenapa?? Banyak kok mahasiswa yang lulus tepat waktu?? Ya benar. Akan tetapi bagi saya, enam tahun mengenyam pendidikan pesantren sebelum menginjakan kaki di UPI, saya tidak begitu banyak menggali pengetahuan umum, khususnya dalam bidang keilmuan PKK. Pada mulanya saya merasa tidak begitu yakin, tapi saya tetap berusaha untuk maju dengan selalu mengingat betapa sulitnya perjuangan dan banyaknya rintangan sehingga saya dapat masuk ke UPI. Selain itu, dorongan motivasi keluarga dan orang-orang disekitar juga sangat memotivasi saya selama kuliah. Sebab, muncul dalam benak pikiran bahwa jika saya berhasil, maka tidak hanya saya seorang diri yang akan merasa bangga, akan tetapi orang-orang disekitar yang selalu memberi motivasi pun akan merasakan kebahagian yang sama. Itulah mengapa saya sebut ini dengan pencapaian yang luar biasa.

Meski begitu, keyakinan yang mulai tumbuh, juga motivasi yang mulai membara dalam diri tidak serta merta bertahan selamanya. Sebab, ditengah perjalanan menempuh pendidikan ini selalu saja ada rintangan dan cobaan yang datang silih berganti dari lingkungan sekitar, salah satunya berupa cibiran terhadap pilihan yang diambil.

“Penting bagi diri saya pribadi untuk memahami bagaimana pentingnya suatu keluarga yang dibina dengan ilmu yang baik, karena keluarga merupakan sekolah pertama dan utama serta merupakan kelompok sosial terkecil masyarakat, yang mana dari sanalah bermunculan generasi penerus dan pelurus bangsa.  Hal inilah yang menjadi harapan besar saya, agar tidak saya saja yang menganggap penting untuk membina anggota keluarga dengan baik, akan tetapi seluruh masyarakat Indonesia, demi Indonesia yang lebih baik”kata Ghea.

“Ditengah cobaan dan rintangan yang dihadapi, Alhamdulillah dengan izin Allah saya berhasil mengembalikan keyakinan dan motivasi dalam diri sehingga tanpa terasa dan terbayangkan sebelumnya, sampailah saya dipenghujung masa pendidikan di kampus tercinta ini dengan meraih predikat cumlaude. Lulus dengan predikat cumlaude merupakan kebanggaan dalam diri. Namun lebih dari pada itu, predikat cumlaude dirasa oleh saya sebagai bentuk amanah yang sangat berat. Sebab, predikat tinggi ini bukanlah akhir dari pembelajaran, akan tetapi awal dari tanggung jawab untuk mengamalkan semua ilmu yang pernah diserap selama masa perkuliahan”ujarnya.

Ghea 3

“Predikat cumlaude juga bukan merupakan penutup pintu untuk melanjutkan pencarian ilmu pengetahuan lainnya. Maka dari itu, usia tidak menjadi penghalang seseorang untuk terus mencari ilmu, sebab hanya liang lahat yang tertutup gundukan tanahlah yang menjadi tanda berakhirnya seorang insan untuk mencari mengkaji dan mendalami ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:

أُطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّهْدِ

“Tuntutlah ilmu sejak dari kandungan sampai ke liang lahat”

Besar harapan saya, bahwa predikat cumlaude ini bukan menjadi racun pelumpuh semangat saya. Akan tetapi obat penambah motivasi dan keyakinan yang senantiasa memberi kekuatan bagi diri untuk terus mengamalkan ilmu yang telah diserap dan memberi kekuatan untuk tidak pernah berhenti mencari ilmu”tutup Ghea.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 400

Trending Articles